Showing posts with label ARTIKEL. Show all posts
Showing posts with label ARTIKEL. Show all posts

Mar 21, 2019

EKPEDISI SELAT HATTA


Gambar: Nampak Selat
Selat Hatta Merupakan jalur laut yang batasi oleh dua pulau kecil antara lain pulau Moari dan Pulau Lata-lata. Kedua pulau terletak di Kecamatan Kayoa Barat Kabupaten Halmahera Selatan. 

menurut informasi yang didapatkan pada masyarakat sekitar bahwa jalur laut ini pernah dilalui oleh Bung Hatta. sehingga oleh masyarakat setempat memberi nama "Selat Hatta"

LIHAT VIDEONYA DISINI 

Dec 15, 2018

BAHASA TETINE SEBAGAI IDENTITAS

Ejaan Makean Barat

1. Karman Zein
2. Devisi Litbang Pustaka Malut

Gambar: Badrop Kegiatann FGD

Pustaka Malut. Kegiatan ini diprakarsai Oleh Devisi Litbang Pusat Studi Masyarakat Kepulauan (Pustaka) Maluku Utara bekerja sama dengan Program Studi Pendidikan Geogarfi STKIP Kie Raha Ternate. Minggu, 29 Juli 2018 di desa Busua Kec. Kayoa Barat Kab. Halmahera Selatan. 

Masyarakat desa Busua merupakan representativ sub etnis Makean Barat (Makean Luar), Misalnya Sebelei, Talapaon, Mateketen, Bobawa, Ombawa, tegono dan Malapat. Mula-mula Desa ini bercirikan masyarakat homogen akan tetapi seiring berkembangnya waktu, telah terjadi asimilasi dan akulturasi budaya akibat adanya faktor perkawinan dengan selain orang/masyarakat setempat. faktor lainnya yang berkontribusi terhadap menurunnya penggunaan bahasa daerah yakni percepatan sistem teknologi informasi komunikasi.

Kegiatan ini merupakan salah satu program jangka panjang Devisi Litbang Pustaka Malut. adapun kegelisaan yang menjadi sorotan kami salah satunya adalah penggunaan bahasa daerah sebagai identitas terutama bagi masyarakat Makean Luar. atas dasar data serta fakta di lapangan ternyata pada usia anak-anak mereka sudah jarang menggunakan Bahasa Tetine (Makean Luar).

Adapun tahapan dalam kegiatan ini berkaitan dengan  Penelitian Bidang Bahasa Daerah dalam hal ini adalah Bahasa Tetine (Makean Luar), harapannya adalah eksistensi bahasa tetap terjaga.

 
Gambar: Nampak Audience/Tokoh masyarakat serius dalam permbincangan terkait bahasa Makean Luar (tetine)


Gambar: Tokoh Masyarakat yang berpatisipasi dalam kegitan FGD

Gambar: Bentuk Ejaan Makian Barat (Tetine)



Gambar: Form/tabel yang digunakan dalam kegiatan

Kegiatan ini masih dalam tahap proses. Dokumentasi dan Dekripsi diatas adalah gambaran singkat yang bersifat sementara.

(.....Bersambung....)

Sumber: Litbang Pustaka Malut

Sep 29, 2018

KONSEPSI LANDASAN PENDIDIKAN



Dasar Filosofis dalam Pendidikan
Karman Zein
 
Dokumentasi Pribadi
Mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila-sila Pancasila, Undang-Undang Dasar serta GBHN menjadi bagian yang paling penting dalam dunia pendidikan sebagai landasan. Sebagaimana disebutkan bahwa landasan pendidikan menjadi dasar pijak adalah rangkaian proses pendidikan secara komprehensif dan tak terpisahkan, sebab berhubungan dengan sosiokultur serta cara pandangan suatu bangsa termasuk di Indonesia. Cara pandang tersebut diarahkan pada falsafah suatu masyarakat tentang pendidikan. Zaim Elmubarok menuturkan komponen pendidikan yang menyentuh langsung dengan filosofi penididikan yaitu untuk memanusiakan manusia.
Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana secara sistematis untuk memanusiakan manusia. Keutuhan pendidikan diperlukan adanya landasan yang kuat guna tujuan pendidikan dapat tercapai. Senada dengan Umar T, landasan-landasan pendidikan diperlukan agar memberika pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia indonesia, dan serentak dengan mendukung perkembangan masyarakat, bangsa  dan negara.
Keberadaan Pancasila saat sekarang hanya merupakan teks-teks yang telah dirumuskan oleh pendiri negara ini. Realitas yang terjadi pendidikan kiblat pendidikan di Indonesia tidak memiliki arah yang jelas. Ini disebabkan oleh adanya pengaruh globalisasi. Dalam dunia globasisasi pendidikan bukan hanya sekedar memanusiakan manusia akan tetapi pendidikan menjadi suatu lahan bisnis terkenal. Privatisasi dunia pendidikan saat ini menjadi suatu fenomena yang tak terbantahkan. Apalagi privatisasi pendidikan memiliki arah pendidikan yang sifatnya umum.
Pendidikan umum saat ini menjadi suatu tantangan yang kompleks bagi pendidikan di Indonesia. Dalam pendidikan umum, utamanya siswa dijadikan sebagai subjek untuk transfer pengetahuan (Transfer knowledge) oleh guru. Sehingga yang dicapai hanya aspek kognitif dan psikomotor semntara pada aspek afektif terabaikan. Ini sejalan dengan E. Sumantri, bahwa perlu adanya keseimbnagan antara dimensi afektif dan kognitif.
Berbagai problem kebangsaan saat ini telah melanda Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan  antara nilai-nilai yang terkandung dalam Sila-sila Pancasila. Kerapuan dan tidak sejalan lagi sesuai harapan pendiri bangsa ini sehingga berbagai kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah dalam sistem pendidikan Indonesia. Pada tahun 2011 hingga 2012 pemerintah Indonesia mengakat tema besar pendidikan yaitu “membangun karakter bangsa”. Inilah gambaran singkat pendidikan di Indonesia. dinamika ini membawa kita pada sebuah paham bahwa dekadensi moral bangsa saat ini sudah tidak dibendung lagi.
Berbagai upaya telah dibangun stakholder pendidikan yang berhubungan dengan arah kebijakan pendidikan, sudah dilakukan namun belum sesuai dengan harapan yang diinginkan, hingga pada tahun 2013 melalui kebijakan baru dengan menyemprnakan kurikulum KTSP menjadi ke kurikum 2013. Pada kurikulum 2013 yang utamakan adalah dimensi afektif.  Dengan sejuta diharapkan mampun membangun sebuah kesadaran moral sebagai manifestasi nilai-nilai luhur Pancasila yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.  Menurut pendapat E. Sumantri kesadaran dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila mampu mengarahkan anak untuk mampu membuat pertimbangan secara matang atas perilakunya dalam kehidupan sehari-hari baik disekolah maupun di masyarakat. Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai bahan pesentase mata kuliah landasan pendidikan, serta menambah wawasan tentang pendidikan

Landasan Filosofis
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa hubungan filosofis, menurut Sugiono dan Tamsil M, Pendidikan sebagai salah satu aktivitas menusia yang bersifat universal, dengan sendirinya menjadi objek material filsafat dan pendidikan sebagai ilmu,  cabang filsafat mendapatkan pengendalian dari filsafat. Keterkaitan pendidikan dan filsafat pertama-tama terjadi karena keduanya merupakan ilmu.
Filsafat sebagai ilmu menelaah segala sesuatu yang ada sedangkan pendidikan yang merupakan satau cabang ilmu filsafat membahas sebagiam objek filsafat yakni membahas manusia, dan lebih khusus lagi membahas sebagian dari aktivtas manuisa, yaitu perbuatan mendidik. Filsafat adalah berpikir sebagai upaya mencari nilai yang lebih dan ideal sedangkan  pendidikan meraalisasikan nilai tersebut dalam hidup manusia.
Aspek-aspek yang diperlukan dalam pemikiran dan praktek pendidikan meliputi karakteristik, cabang-cabang dan aliran filsafat. Karateristik filsafat dapat memberikan hasil pemikiran yang mendasar untuk melepas diri dari fakta aktual dan dengan demikian manusia tidak akan terombang-ambing oleh kondosi yang selalu beruba-ubah, penuh tidak kepastian dan tidak dapat dipakai sebagi pegangan. Namun perlu di pahami bahwa hasil pemikiran filsafat sering jga membuat menusia menjadi bingung karena apa yang dikatakan sebagai inti kebenaran, kebenaran sejati, kebenaran universal, mutlak atau istilah lain tidak di jumpai. Atas dasar itulah maka pemikir dan pelaksana pendidikan yang menggunakan pemikiran filsafat masih secara kritis dapat memilih pandangan mana yang sesuai dengan visi misi penidikan.
Ini erat kaitannya dengan, pendapat yang  dikemukakan oleh Engkoswara, Pendekatan filosofis bukan hanya mempertanyakan tentang hakikat dan tujuan hidup manusia (Human Nature and destiny) tetapi juga kemingkin pendidikan dalam arti kemampuan manusia berkembang dan menerima pengaruh dari luar terutama secara etika sehingga pertumbuhan dan perkembangan manusia itu dapat diarahkan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, berdasarkan potensi dan sifat-sifat bawaan seorang siswa sebagai mahluk sosial dan sebagai individu. Bibit dan konsep pendidikan seperti dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara tidak mendapat pengembangan dalam arti penelaan empirik. Konsep-konsep itu langsung dijadikan bahan pemikiran dalam praktek pendidikan, seperti halnya konsep-konsep yang datang dari luar negeri, demikian pula dasar falsafa Pancasila.

Filsafat Pendidikan
Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan
Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu:
1.      Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu Pendidikan
2.      Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material Ilmu Pendidikan
3.      Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan
4.      Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis Ilmu Pendidikan

Secara detail dapat di cermati pada beberapa dasar filsafat pendidikan, melalui pendapat yang dipaparkan, E. Sumantri; 2007,  yakni:
Dasar Ontologis pendidikan
Aspek utama dalam pendidikan adalah realitas yang dijangkau oleh teori dan pendidikan melalui pengalaman pancaindra adalah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materi pendidikan adalah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap dengan aspek –aspek kpribadiannya.
Objek formal pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya didalam fenomena atau situasi pendidikan. sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antar pribadi yang menjadi syarat mutlak bagi terlaksananya mendidik dan mengajar.

Dasar Epistemologi Pendidikan
Dasar epistemologi sangat dibutuhkan dalam pendidikan demi mengembangkan ilmu secara produktif dan bertanggungjawab.ini dasar epistemologi ini adalah agar dapat ditentukan bahwa menjelaskan objek formalnya, telaah pendidikan tidak hanya  mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepaada  telaah teori dan pendidikan sebagai ilmu otonom.

Dasar Aksiologi Pendidikan
Pada dasar aksiologi ini lebih mengerucut pada manfaat teori pendidikan secara otom tetapi juga menjadi dasar yang sebaik-baik sebagai proses pemberdayaan manusia secara beradab
Dalam kajian filsafat terdapat cabang-cabang yang gunakan untuk membantu dan pelaksana penidikan dalam upaya mencapai hasil pendidikan yang optimal. menurut Umar T, Dalam  tinjauan ini filosofi pendidikan berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu. dengan menggunakan dua pendekatan yakni:
1.      Filsafat sebagai kelanjutan berpikir ilmiah yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuan itu
2.      Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemologi, etika, estetika, metafisika dan serta sosial dan politik.
Disamping itu berkembang pula cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang spesifik, seperti filsafat Ilmu, Hukum, dan pendidikan. landasan filosofi pendidikan dikaji terutama  melalui filsfat pendidikan dengan sudut pandang filsfat. pemikiran lain yang sejalan juga dikemukakan oleh Sugiono dan Tamsil M.  pandangan dan pemikrian dapat menimbulkan perbedaan pendapat tentang suatu masalah yang sama. Baik itu pada filsafat secara umum maupun pada filsafat pendidikan itu sendiri.
Dengan demikian  ada beberapa aliran filsafat secara umum yang sering gunakan untuk merami perbedaan perbedaan pendapat tersebut. Aliran-aliran tersebut yakni: aliran progresivisme, esensialisme dan perenialisme.
Secara umum progresivisme berpijak pada aliran filsafat paragmatisme, yaitu  aliran yang berpandangan  bahwa kebenaran segala sesuatu ada pada kegunaan praktisnya. Paragmatisme memandang bahwa realita bukanlah semesta atau ide yang sifatnya abstrak, umum tetapi merupakan suatu berupa proses bukan suatu yang tetap, hakikat segala sesuatu dipandang dari kegunaannya. Aliran progresivisme memiliki pandangan terkait dengan pendidikan yaitu pendidikan harus membawa kemajuan, tidak konservatif, tidak otoriter, pendidikan harus memperhatikan kemampuan dasar manusia yang merupakan motor penggerak bagi kemajuan dirinya.
Berbeda dengan aliran progresivisme yang berpendapat bahwa tidak ada yang sifatnya universal disamping adanya perubahan juga ada yang sifatnya abadi, tetap sepanjang zaman, yaitu berupa esensinya suatu, intinya sesuatu, hakikat sesutu yang tidak berubah. Pendapat aliran esensialisme tentang pendidikan  harus menemukan hal-hal yang esensi tersebut. Sementara aliran perenialisme memiliki suatu pandangan bahwa dalam yang selalu berubah tetap ada benang merah yang menghubungkan zaman yang satu dengan zaman yang lain, atau wilayah yang satu dengan wilayah yang lain pada zaman yang sama.
Pandangan perelinialisme menempuh pendekatan regresif yaitu mencari pegangan dari masa lalu yakni apa yang menjadi pegangan hidup orang-orang  pada zaman dulu yang sekarang masih juga berfungsi sebagai pegangan hidup. Pada konteks pendekatan pendidikan aliran perenialisme memandang titik tolak belajar manusia adalah rasional  semntara kemampuan manusia adalah berpikir.dalam aliran ini filsafat pendidikan yang memilki keyakinan pengetahuan merupakan dasar pokok pendidikan.

Landasan Folosofi  Pancasila
Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah pancasila sebagai falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada segala bidang. Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasioanal termasuk dibidang pendidikan adalah pengamalan pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: “ Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri”. Sedangkan ketetapan MPR-RI No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia,dan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud bangsa manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta mauara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dengan kata lain : Pancasila sebagai sumber system nilai dalam pendidikan.
P4 Atau Ekaprasetya Pancakarsa sebagai petunjuk operasional pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari,termasuk dalam bidang pendidikan. Perlu ditegaskan bahwa pengamalan Pancasila ituharuslah dalam arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam pancasila itu, sebagai yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,Persatuan Indonesia,Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila diakui menjadi dasar negara sejak bangsa ini memproklamasikan kemerdekaan. Kedudukan pancasila sebagai sumber-sumber hukum dan cara pandang atau filosofi bangsa Indonesia. Dengan demikian sangatlah jelasjika sistem pendidikan nasional Indonesia berkiblat pada nilai filosofi yang yang terkandung dalam Pancasila. Karena substansi dari ketetapan undang-undanga serta pasal menitipbratkan pada pembangunan nasional salah satunya adalah pendidikan. hakikat dari pendidikan adalah ciptakan manusia yang berakhlak mulia dan budi pekerti, atau dengan kata lain memanusiakan manusia.
Penegasan dalam pengamalan Pancasila sebagai falsafah bangsa haruslah dalam arti keseluruhan yang terkandung di setiap sila-sila Pancasila, sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Hal ini dapat dijumpai dalam berbagai berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku sampai sekarang, khususnya dalam Undang-undang No.4 Tahun 1950 (Jo. No.12 tahun 1954) tentang dasar-dasar pendidikan di sekolah dan Ketatapan-ketetapan MPR dan MPRS yang menyangkut pendidikan nasional, dalam Engkoswara, 2007:320)
Seiring dengan itu Ki. Hajar Dewantara merumuskan beberapa semboyan yang memiliki makna yang dalam. ”Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan kita menjadi teladan/contoh), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah ikut serta), Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan/dukungan)adalah yang semboyan sekaligus filosofi yang membakar sprit perjuangannya kalah itu dibawah perguruan Taman siswa. Ditengah tekanan penjajahan Ki Hajar Dewantara tetap memiliki cita-cita yang tinggi untuk memerdekakan manusia Indonesia dari kebodohan dan lebih penting adalah kemerdekaan Indonesia saat itu. Kini Kementrian Pendidikan nasional saat ini mengabadikan seboyan tutwuri handayani” yang berati dibelakang memberi dorongan/dukungan, sebagai Semboyan Pendidikan nasional.
Dasar inilah yang  menjadi landasan utama sistem pendidikan nasional dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaiman termaktub dalam Pancasila dan UUD 1945. Sehingga  dalam pendidikan yang perlu dipertahankan adalah rasa persatuan dan kesatuan sebagai manifestasi nilai pancasila yaitu kekeluargaan, ini sejalan dengan pendapat yang utara oleh Kartohadirprojo dalam bukunya S. Surisno mengatkan bahwa pangkal dalam filsafat pancasila yaitu pemikiran kekeluargaan.
.

Daftar Bacaan
Engkoswara, 2007.,Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Pendidikan Berbasis Unggulan Lokal., Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI Bandung
Sumantri E, 2007., Ilmu Aplikasi Pendidikan, Penididikan Umum,. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI Bandung
M. In’am Esa, 2010.,Menuju Pemikiram Filsafat “Siapa yang Menguasai Pengetahuan Maka Ia Menguasai Dunia.,UIN Maliki Pres: Malang
Sugiono, Tamsil M, 2012.,Filsafat Pendidikan Teori dan Praktik.,PT Remaja Rosdakarya: Bandung
S. Sutrisno, 2006.,Filsafat dan Ideologi Pancasila.,PT Andi: Yogyakarta
Umar T, S.L.L Sulo, 2005.,Pengantar Pendidikan., PT Rineka Cipta: Jakarta
Internet: