Matakuliah Metodologi Penelitian Kualitatif, Program Studi Pendidikan Geografi, STKIP Kie Raha Ternate
![]() |
Gambar: Ilustrasi Qualitative Research |
MEMAHAMI PENDEKATAN KONSTRUKSI DAN
FENOMENOLOGI
Oleh:
Karman Zein, M.Pd
Terdapat banyak perspektif dalam memahami
penelitian kualitatif, baik dalam pandangan Naturalistik
dengan memandang sebuah realitas atau fenomena secara alamiah (Natural Setting) maupun pandangan Positivistik yang memandang bahwa untuk
realitas didasarkan pada metode ilmiah (scientific
method).
Dalam dunia penelitian baik itu penelitian
kualitatif maupun kuantitatif, terdapat macam dan bentuk penelitian sesuai dengan peruntukannya. Senada
dengan S. Arikunto, berkenaan dengan jenis dan spesialisasi dan interes, maka
tentu suatu bidang ilmu yang diteliti banyak sekali rangamnya menurut siapa
saja yang mengadakan penelitian. Dalam berbagai macam persoalan baik itu pendidikan, ekonomi, pertanian, kedokteran
dan sebagainya.
Metodologi
penelitian secara umum dapat dikenal juga sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang membicarakan
tentang bagaimana kegiatan penelitian dilakukan.
Berbicara tentang penelitian setidaknya harus memahami
tiga pokok persoalan yakni: prinsip,
prosedur dan proses dalam kegiatan penelitian.
Seiring perkembangan zaman perang paradigma
penelitian mulai berkembang sehingga membutuhkan peran peneliti secara
spesifikasi. beberapa paradigma penelitian yang sejauh ini dikenalkan oleh
Abbas dan Carles yakni positivis yang merupakan kerangka dasar konseptual yang
disebut dengan penelitian kuantitatif sementara konstruktivisme mendasari apa
yang disebut dengan kualitatif. Dari uraikan ini menunjukkan bahwa perang
paradigma penelitian saat ini sangat kental dari penelitian kuantitatif maupun
kualitatif dari metode penelitian ini masing-masing mengklaim keunggulannya.
Namun secara ilmiah sebagai peneliti tentu tidak menerima begitu saja.
Salah satu gagasan terpenting dari paradigma
fenomenologi yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian kualitatif adalah
gagasan tentang bagaimana seharusnya peneliti didalam memandang realitas
sosial, fakta sosial atau fenomena
sosial yang menjadi masalah didalam penelitian. Menurut paradigma
fenomenologi bahwa realitas itu tidak semata-mata bersifat tunggal, objektif,
terukur (measurable), dan dapat
ditangkap oleh pancaindera sebagaimana pandangan dari paradigma positivisme.
Namun berbeda dengan itu bahwa menurut paradigma fenomenologi realitas itu
bersifat ganda atau dualisme dan subyektif interpretatif atau hasil penafsiran
subyektif.
Berbicara
tentang persoalan prinsip sebagai persoalan pertama, yang menjadi masalah adalah apa
prinsip yang mendasari penelitian kualitatif. Prinsip adalah dasar,
landasan atau fondasi yang mendasari setiap kegiatan penelitian. Membicarakan
tentang prinsip dalam penelitian berarti berbicara tentang paradigma atau perspektif yang
digunakan sebagai sandaran dalam penelitian. Paradigma atau perspektif secara
sederhana acapkali diartikan sebagai sudut pandang atau cara pandang. Adapun
menurut Thomas Kuhn dalam Abbas dan Carles paradigma
didefinisikan sebagai suatu pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok
persoalan (suject matter) dari suatu
cabang ilmu.
Pada penelitian kualitatif terdapat beberapa
bentuk penelitian yang dimulai dari metode penelitian deskript hingga metode
grounded theory. Ini sebabkan pada selera masing-masing peneliti, tergantung apa
yang menjadi kesenangan seseorang pada suatu objek penelitian. Arikunto
menjelaskan bahwa akhir-akhir ini banyak dibicarakan orang tentang penelitian
kualitatif sesuai kebiasaan, orang lebih
menyenangi barang baru, lalu ada kecenderungan adanya pandangan lebih terhadap
hal yang baru tersebut.
Berdasarkan uraian serta beberapa pandangan
diatas pada pembahasan ini kami bermaksud menyajikan metode penelitian
kualitatif dengan desain fenomenologi. Penelitian fenomenologi merupakan salah
satu penelitian kualitatif. Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia
yang dialami dalam kesadaran, dalam kognitif dan dalam tindakan-tindakan
perseptual. Fenomenologi mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan
konsep kunci yang intersubyektif. Karena itu, penelitian fenomenologi harus
berupaya untu'k menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu
konsep atau gejala.
Konsep dan Pendektan Konstruksi Fenomenologi
Untuk memahami tentang penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi maka sebelum perlu memahami dulu tentang
konsepnya. Menurut A. Fatchan penelitian fenomenologi bersifat induktif dengan
mengandalkan atau memahami makna yang ada dibalik fenomena (noumena) yang dideskripsikan secara rinci. Pendekatan penelitian
ini dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Tujuan penelitian konstruksi dan fenomenologi
berupa pemahaman terhadap respon atas keberadaan individu manusia dalam suatu
pengalaman yang dipahaminya dalam
berinteraksi.
Asumsi dari pendekatan fenomenologi adalah bahwa
bagi individu yang melakukan interaksi dengansesamanya ada atau dijumpai banyak
cara penafsiran pengalaman. Makna dari pengalaman itulah yang sebenarnya
membentuk realitas tindakan yang ditampakkan/digejalakan oleh masing-masing
individu (water dkk, dalm A. Fatchan)
Pendekatan fenomenologi diartikan sebagai studi tentang cara memahami dan mengungkapkan
fenomena (gejala-gejala yang muncul atas kesadaran masing-masing manusia) yang
ada dalam konteks kehidupan masyarakat. Pemahaman dilakukan dengan menggunakan
panca indera, untuk memahami apa yang ada dibalik gejala yang tampak itu
(noumena). Kajian fenomenologi ini sejatinya dimulai sejak dari pandangan
Husrell, dkk.
Hakekatnya prinsip fenomenologi berkenaan dengan pemahaman tentang
bagaimana keseharian, dunia intersubyektif (dunia
kehidupan) atau juga disebut Lebenswelt terbentuk. Fenomenologi
bertujuan mengetahui bagaimana kita menginterpretasikan tindakan sosial kita
dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) dan untuk merekonstruksi
kembali turunan makna (makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang
bermakna pada komunikasi intersubjektif individu dalam dunia kehidupan sosial. (Bajari’s:
2008
Dalam fenomenologi, setiap individu secara sadar mengalami sesuatu yang
ada. Sesuatu yang ada yang pada kemudian menjadi pengalaman yang senantiasa
akan dikonstruksi menjadi bahan untuk sebuah tindakan yang beramakna dalam
kehidupan sosialnya.
Manakala berbicara sesuatu yang dikonstruksi, tidak terlepas dari
interpretasi pengalaman di dalam waktu sebelumnya. Interpretasi itu sendiri
berjalan dengan ketersediaa dari pengetahuan yang dimiliki. Namun demikian,
sebagai mana proses interpretasi, harus diperhatikan kemampuan menangkap lebih
jauh atau melihat sesuatu lebih jauh (seeing beyond) dalam fenomena yang
sedang dikonstruksi itu.
a.
Aliran
Pendekatan Fenomenologi
Dalam penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan fenomenologi
sebagaiman tidak berdiri sendiri namun ada beberapa aliran atau mazhab yang
mendasari sebagaimana ditulisa A. Fatchan dalam bukunya yang berjudul sepuluh
langkah penelitian kualitatif pendekatan
kontruksi dan fenomenologi, metode penelitian kualitatif, yakni sebagaimana
diuraikan berikut ini:
Fenomenologi
Alfred Husserl
Husserl (1967), merupakan orang pertama yang memperkenalkan metode
fenomenologi, dengan argumentasi bahwa kajian berbasis fungsionalisme dan
konflik tampak cenderung bersifat struktural. Sedangkan kajian psikologi sosial
cenvderungg pada penjelasan interaksi sosial dan makna suatu tingkah laku
sosial.
Fenomenologi Husserl sebenarnya sebagai pelengkap pendekatan behaviorisme,
yang berusaha memahami tingkah laku manusia dari apa yang ditampakkannya.
Berdasarkan kesadara intensionalitas jiwa kegiatan manusia tertuju pada objek
spesifik yang berkenaan dengan pengalaman, pengetahuan dan pekerjaan jiwa.
Fenomenologi
Max Scheler dan Max Weber
Dalam pandangan Scheler, pendekatan fenomenologi itu berpedoman bahwa untuk
mendapatkan hakekat (eksistensi) suatu tindakan manusia yang sebenarnya, harus
melalui proses reduksi atau penyaringan etika, yang berupa nilai dan moral
agama/religi, sebagai dasar penilikan hakekat. Dengan demikian penomenologi
dalam pandangan Scheler bahwa setiap tindakan manusia yang digejalakan itu
pasti terkait dengan reduksi penyaringan etika, nilai, dan berbagai norma agama
atau religi yang melingkupinya.
Sejalanjutnya pandangan Weber,
menurutnya memahami motive dan arti atau makna tindakan manusia itu
pasti terkait dengan kausalitasnya. Karena makna itu sendiri merupakan komponen
kausal dari suatu tindakan. Dengan begitu tindakan individu adalah suatu
tindakan subjektif merujuk pada makna aktor pelaku itu sendiri atas dasar motif
agar supaya yang sebelumnya mengalami intersubjektifitas berupa hubungan
interaksi antar person yang bersifat unik.
Fenomenologi
Alfred Schutz
Schutz berpandangan bahwa tindakan sosial adalah tindakan yang terkait
dengan disaat orang mulai merefleksikan dunia yang telah terreduksi, maka ia
akan segera menemukan bahwa dunia bukanlah bersfifat pribadi, tetapi merupakn
suatu dunia makna dan nilai yang telah diciptakan secara intersubjektivitas.
Konteks makna mencul kepermukaan tatkala seorang melihat, meninjau dan
memeriksa kembali situasi dan kondisi sebelumnya yang kemudian hal tersebut dipakai sebagai alasan penyebab
tindakannya. Demikian tindakan seseorang itu sebenarnya sangat dipengaruhi oleh
ruang dan waktu (time and Space) dimana individu manusia itu berbeda.
Bahwa pemahaman terhadap tindakan seseorang itu tidak hanya didasari
pengaruh dari dalam dirinya sendiri, tetapi juga pengaruh tindakan dari orang
lain dan sosiobudaya yang ada selama kehidupan seseorang.jadi tindakan manusia
adalah atas dasar kesadaran akal sehatnya. Dengan kata lain dunia ini adalah
milik kita dan bukan hanya sekedar milikku.
Fenomenologi
Peter L. Berger
Fokus fenomenologi Berger adalah makna subjektif individu pada aktivitas
rasional, bebas dan tidak tergantung secara mekanistik. Aktivitas manusia terus
dipahami secara verstehen sebagaimana
keberadaannya yang bermakna bagi aktor dalam masyarakatnya. Aktivitas itu
diinterpretasikan secara intensionalitas dalam kehidupan sehari-hari,
ditampakkan dalam perbuatan, pembicaraan dan tindakan individu
Asumsi Berger adalah jka dunia yang dibangun secara sosial adalah
(terutama) suatu penataan pengalaman, maka penataan pengalaman itu diterapkan
pada pengalaman dan makna yang mempunyai karakter tersendiri dari masing-masing
individu. Hal itu karena setiap tindakan
sosial mengisyaratkan bahwa setiap makna itu diarahkan kepada orang lain.
Interaksi sosial yang terus berkelanjutan mengisyaratkan makna-makna dari aktor yang diintegrasikan ke
dalam suatu penataan makna bersama.
b.
Memahami Noumena Individu Ala Berger dan Luckman
Suatu penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologi pasti terkait
dengan dengan suatu pemahaman perilaku yang difenomenakan oleh individu.
Realitas yang dibidik adalah perilaku sosial (yang difenomenakan oleh) para
individu-individu yang memang kenyataannya berbeda-beda.
Pada suatu riset dengan menggunakan pendekatan fenomenologi ala Berger
pasti terkait dengan dialetika. Lebih lanjut untuk proses dialetika tersebut,
untuk melengkapi interpretai dari berbagai data yang muncul dilapangan
sebagaimana yang dijumpai para peneliti, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Proses
eksternalisasi
2. Proses
objektivitas
3. Proses
internalisasi
Pendekatan Fenomenologi Psiko-sosio (ala A. Fatchan)
Dalam dunia makna senantiasa terkait dengan persepsi, karena persepsi
merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang peroleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, serta persepsi senantiasa
dipengaruhi oleh faktor Fungsional dan struktural. Suatu makna tidak hanya
dapat dilihat bagaimana mental seseorang menciptakan makna dan simbol, tetapi
lebih dari itu, bagaimana seoarng berinteraksi pada umumnya dan melaksanakan
sosiolisasi pada khususnya.
Langkah atau Tahap-tahap dalam Penelitian konstruksi
dan Fenomenologi
Penelitian merupakan proses yang terstruktur dan
terencana, sehingga perlukan adanya sebuah prosedur atau langkah-langkah.
Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah penelitian Kualitatif dengan
menggunakan pendekatan fenomonologi yang dikembangkan A. Fatchan yang
berjudul sepuluh langkah penelitian
Kualitatif. Yakni dibagi dalam tiga tahap, sebagai berikut:
1. Tahap Awal
a.
Melakukan Observasi Umum
Dalam peneliitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi yang bertujuan memamahami perilaku atau tindakan individu-individu.
Fenomena yang dijewantahkan dalam bentuk perilaku pada kehidupan pada individu
itulah yang sebenarnya menjadi titik tempuh penggalian data atau informasi pada
penelitian ini. Dengan demikian pengamatan observasi umum yang pertamakali seharusnya
dilakukan oleh para peneliti fenomenologis adalah dengan pengamatan
tentangberbagai tindakan yang dilakukan oleh para individu aktor/agen pelaku
berbagai tindakan tersebut yang akan dijadikan fokus fenelitian.
b.
Menentukan fokus dan
subjek/informan Penelitian
Apabila individu sebagai subjek penelitian
terlalu banyak (belum dapat diketahui dengan pasti) atau masih diragukan
jumlahnya. Tindakan yang harus dilakukan adalah penentuan informan tersebut
dapat kita tentukan secara snow Ball. Artinya
menentukan informan secara bergulir dari informan (individu) satu ke informan
(individu) lainnya. Apabila informasi (data) yang telah didapat dari para
informan (individu) tersebut telah “jenuh”. Jenuh artinya apabila jawaban atau
informasi yang diberikan sudah berupa informasi kitu-itu saja. Maka penggalaian
informasi dihentikan. Artinya peneliti seharusnya berhenti mencari informasi
(data) karena informasi yang didapat sudah itu-itu saja. (para informan
menjawab dengan jawaban yang sama/hampir sama).
2. Tahap Pengumpulan dan Analisis Data
a.
Melakukan observasi
partisipasi
Dalam penelitian fenomenologis wajib menggunakan
obeservasi partisipasi, Hal ini berbeda dengan penelitian dengan pendekatan
konstruksi, yang mana observasi partisipasi tidak diwajibkan. Hal itu karena
observasi partisipasi merupakn observasi dimana peneliti terlibat secara
langsung dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para subjek atau informan
penelitian. Observasi partisipasi tersebut ditujukan untuk
mengamati/mengikuti/terlibat secara langsung terhadap/dengan berbagai
perilaku/tindakan/perbuatan yang difenomenakan oleh para individu yang menjadi
subjek penelitian.
b.
Melakukan pengamatan
terhadap apa yang dibicarakan diantara subjek penelitian
Secara teknis pengamatan terhadap berbagai pembicaraan
yang dilakukan oleh subjek penelitian ini sejatinya dapat dilakukan bersamaan
atau secara bergantian atau secara berselang-seling dengan observasi parisipasi. Dengan demikian,
pada langka ketiga dan langkah keempat sebenarnya dapat dilakukan secara
bersamaan.
Sebagaimana pelaksanaan observasi partisipasi,
pengamatan terhadap pembicaraan diantara subjek terteliti, senantiasa dikaitkan
dengan upaya mengungkap dan mendapatkan data yang terancang dalam rumusan
masalah yang diteliti. Pemahaman secara detail yang memfokuskan pada
permasalahan yang diteliti guna menemukan secara detail data atau informasi
yang terkait dengan pertanyaan penelitian yang ada dalam rumusan masalah.
c.
Melakukan analisis deskripsi
dan pengecekan keabsahan data
Analisis deskripsi dan pengecekan keabsahan data
ini merupakan suatu kegiatan primary
interpretation atau firts order
understanding yang merupakan pemahan atas data/informasi dari para subjek
penelitian. Sekali lagi peneliti berupaya mendeskripsikan hasil penelitian atau
temuan penelitian atas pemahman sebjek penelitian itu sendiri dan bukan atas
pemahaman si peneliti.
Sejak pengumpulan data yang pertama, peneliti
kualitatif sudah harus melaksanakan analisis dan penfsiran data. Jadi tidak
menunggu data menumpuk banyak. Analisis itu terus menerus dilakukan dan
simultan (secara Siklus), hingga ditemukan suatu simpulan yang benar, alamiah,
dan seperi apa adanya yang dikehendaki oleh data.
d.
Melakukan wawancara mendalam
yang berupa dialog dengan subjek penelitian
Wawancara mendalam merupakan wawancara dalam
bentuk terstruktur yang berupa wawancara diarahkan oleh sejumlah pertanyaan
lanjutan berdasarkan informasi/data yang telah ditemukan sebelumnya. Yakni pada
waktu observasi partisipasi. Wawancara mendalam pada dasarnya berisi
pertanyaan-pertanyaan bersifat hipotetik, interpretatifm argumentasi, dan
bersifat mengarahkan berdasarkan temuan pada langkah sebelumnya.
Wawancara mendalam ditersebut dilakukan kepada
para individu yang menjadi informan atau subjek penelitian. Pencatatan data
hasil wawancara semacam ini misalnya dilakukan dengan menggunakan kertas kerja yang berupa/berisi tulisan dari produk
observasi partisipasi dan pengamatan terhadap pembicaraan diantara subjek penelitian
yang telah dilakukan.
e.
Melakukan analisis
substansial dan pengecekan keabsahan data lapang
Produk utama langkah analisis substansial
merupakan hubungan kausalitas antertema, antarsubtansi, ataupun antar kategori
sehingga ditemukan suatu proposisi baru atau teori substantif bari dari penelitian
yang bersangkutan kemudian sejalan dengan rumusan masalah atau tujuan
penelitian. Temuan itu didasarkan atas kajian terhadap hasil wawancara mendalam
yang berupaya menggali, mengkonfirmasi dan mendialogkan untuk mengungkap makna
secara rinci menurut masing-masing individu.
Melakukan analisis substantif itu sebaiknya
dilakukan upaya pemeriksaan keabsahan data atau keabsahan informasi. Sehingga
diharapkan menemukan proposisi baru atau teori substantif atau suatu model yang
benar-benar bersumber dari data yang sakhih atau valid, karena telah dilakukan
upaya pemeriksaan.
f.
Menemukan pemahaman subjek
penelitian
Menemukan pemahaman subjek penelitian merupakan
moment dimana peneliti berupaya melakukan pemahaman apa yang dikatakan dan yang
dinyatakan serta difenomenakan oleh masing-masing subjek penelitian. Yang
kemudian para peneliti dijadikan bahan utama untuk laporan penelitian yang
berupa deskrikpsi data (untuk sub bab paparan data) dan proposisi baru yang
berupa kalimat kausalitas. (untuk sub bab analisis dan atau temuan penelitian).
3. Tahap
Pembahasan dan Penulisan Laporan Akhir
a.
Memahami pemahaman subjek
penelitian dan menyusun proposal baru
Setelah peneliti menghasilkan proposisi-proposisi
baru atau “calon teori baru” selanjutnya, proposisi baru tersebut dibandingkan
dengan teori yang telah ada dan atau temuan penelitian terdahulu atau
penelitian sebelumnya, pada saat itu
seharusnya peneliti mengeluarkan segala ilmu yang dikuasai dan yang dimilki,
karena disinilah tercermin “kecanggihan” ilmu yang dipunyai peneliti serta kekritisan
peneliti harus ditunjukan.
b.
Menyusun laporan penelitian
akhir.
Semua hasil-hasil catatan/tulisan peneliti pada
langkah 5-9 tersebut diadalah bahan baku utama laporan akhir penelitian.
Berbagai catatan tersebut ditata ke dalam bab hasil penelitian dan
pembahasannya sampai dengan bab kesimpulan dan implikasi teoritik serta
implikasi praktik. Hal tersebut disusun berdasarkan format laporan penelitian
akhir yang dianjurkan.
Daftar
Rujukan
Abas T, Carles T, 2010,.Mixed Methodology; Mengombinasikan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif.,Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Arikunto S,. 2010, Prosedur
Penelitian: suatu Pendekatan Praktik., PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Bajari’s A,.2008,. Fenomenologi sebagai Tradisi Penelitian Kualitatif,. file:///D:/New%20folder/Fenomenologi/Fenomenologi%20sebagai%20Tradisi%20Penelitian%20Kualitatif%20_%20Atwar%20Bajari%27s%20Blog.htm
Fatchan A, 2013,. Metode
penelitian Kualitatif Sepuluh Langkah Penelitian Kualitatif Pendekatan
Konstruksi dan Fenomenologi,.Universitas Negeri Malang